29 December 2010

Level Terburuk Inflasi 7%

Wednesday, 29 December 2010
JAKARTA(SINDO) – Pemerintah menyadari dan telah siap menghadapi tekanan inflasi pada 2011 yang berpeluang cukup tinggi dan berada pada level 7% untuk kondisi terburuk.

Kesiapan pemerintah tersebut ditunjukkan dengan simulasi perhitungan terburuk tekanan inflasi perekonomian Indonesia 2011 yang dirancang oleh Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Bappenas.Kenaikan harga pangan dan harga minyak dunia diprediksi dapat mendorong tekanan inflasi tahun depan pada level terburuk hingga menembus 7%.

Level terburuk tersebut jauh di atas target yang ditentukan pemerintah dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2011 yang hanya dipatok 5,3%.“Batas atasnya itu kan (7%),tapi ini simulasi, untuk angka inflasi ini memang kita harus realistis,” ujar Menteri PPN/Kepala Bappenas Armida Alisjahbana saat menyampaikan Refleksi Perekonomian 2010 dan Proyeksi Perekonomian 2011 di Jakarta kemarin.

Menurut dia,ada beberapa tantangan utama yang harus dijaga dalam menghadapi inflasi. Pertama, faktor volatile foodatau harga bahan makanan yang terus merangkak naik,seperti beras.Penyebab kenaikan ini umumnya lebih didorong faktor eksternal atau kondisi iklim yang tidak menentu. “Bukan sesuatu hal yang kita kendalikan dan ini juga terjadi di negara lain, ada gejolak di pasar global,” katanya.

Tantangan lain muncul dari gejolak harga minyak dunia serta nilai tukar rupiah.Harga minyak dunia yang kini bergerak menuju USD100 per barel diprediksi akan mendorong tekanan inflasi dalam negeri. Dalam data simulasi terungkap, untuk angka inflasi terendah (batas bawah) pada 2010 diperkirakan 6,3%.Sementara pada 2011,inflasi berada pada angka 6–7%.Namun, Armida tetap optimistis laju inflasi dapat terus dijaga pada kisaran angka 5% plus minus 1%.

“Tapi, tahun ini kita masih menunggu data Badan Pusat Statistik (BPS) karena sekarang baru sampai November.Tapi memang, kalau melihat kebiasaan Desember itu, cenderung akan terjadi inflasi,”tambahnya. BPS mencatat inflasi pada November sebesar 0,60%. Angka inflasi tersebut mendorong laju inflasi tahun kalender Januari–November menjadi 5,98%.Sementara, inflasi year on year(November 2010 terhadap November 2009) sebesar 6,33%.

Dengan inflasi tahun kalender 5,98% maka ruang yang tersisa hanya tinggal 0,02 persen untuk mencapai target Bank Indonesia dan pemerintah pada angka 6%. Sementara itu, BPS memproyeksikan inflasi pada Desember 2010 berada di kisaran 0,6%.“November sudah 0,6%, mudah-mudahan (Desember) angkanya sekitar November,”kata Kepala BPS Rusman Heriawan di Gedung Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Jakarta, kemarin.

Menurut dia, inflasi Desember didorong tingginya harga beras dan cabai serta kenaikan harga minyak goreng menjelang Natal dan tahun baru. Direktur Jasa Keuangan dan Analisis Moneter Kementerian PPN/Bappenas Sidqi Suyitno mengatakan, lonjakan inflasi diperkirakan masih akan terjadi pada Desember mengingat perkembangan harga beras. Pada Desember ini saja kenaikan rata-ratanya sudah 5% dibandingkan November lalu. Selain itu, komoditas pangan seperti cabai yang kenaikannya pada Desember dibandingkan dengan November sudah mencapai 40%.

“Dan itu sensitif memengaruhi inflasi. Jadi, diperkirakan kalau hal ini tidak terkendali maka bisa naik,tapi insya Allah sekarang angkanya sudah dapat dikendalikan,” jelasnya. Menurut dia,simulasi angka inflasi 7% itu merupakan perkiraan terburuk yang disiapkan. Dengan simulasi perhitungan tersebut, pemerintah pun sudah mempunyai langkah antisipasi untuk menghadapi kemungkinan ini.

“Tapi, kita berharap dan berupaya sekali pemerintah di bawah 7% dan sudah melakukan berbagai langkah untuk mengatasi itu,”jelasnya. Adapun pada tahun depan simulasi inflasi sebesar 7% sudah memperhitungkan harga pangan dunia, harga minyak, serta kebijakan pembatasan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi yang dilakukan oleh pemerintah.“(Pembatasan BBM) termasuk di dalamnya. Semuanya sudah diperhitungkan,” tandasnya.

Dalam kesempatan terpisah, Menko Perekonomian Hatta Rajasa berharap tahun depan terjadi deflasi, seiring datangnya musim panen raya.“Sepanjang inflasi inti masih terjaga, inflasi kita berarti masih baik,” kata Hatta di Jakarta kemarin. Jika suplai kebutuhan pokok seperti beras terjaga, otomatis harga akan turun.Pada 2011, pemerintah akan menjaga agar harga-harga bisa ditekan.Menurut Hatta, sejauh ini penyebab utama tingginya harga kebutuhan pokok karena cuaca ekstrem. (wisnoe moerti/erichson sihotang/bernadette lilia nova)          

No comments:

Post a Comment