29 December 2010

2011,Tahun Optimisme

Thursday, 30 December 2010
OPTIMISTIS. Hanya satu kata untuk menggambarkan kondisi perekonomian Indonesia tahun depan.Tak terbilang lagi, Menteri Koordinator (Menko) Perekonomian Hatta Rajasa dalam setiap kesempatan menyatakan sikap optimismenya.

Hatta tidak sekadar bicara,pemerintah bersama Komisi XI DPR RI telah merevisi target pertumbuhan ekonomi yang semula dipatok 6,3% menjadi 6,4%. Optimisme juga disampaikan sejumlah lembaga survei internasional yang sudah punya reputasi yang teruji. Karena perubahan target pertumbuhan ekonomi sebesar0,1%,pemerintah juga terpaksa harus mengoreksi asumsi makroekonomi.Mulai dari nilai tukar rupiah yang semula ditetapkan Rp9.300 per dolar AS dibuat berotot menjadi Rp9.250 per dolar AS.Adapun rasio pajak (tax ratio) didongkrak 0,05% menjadi 12,05%.

Namun,untuk urusan inflasi pemerintah sepertinya belum punya keberanian untuk mengutak-atik, tingkat inflasi masih tetap dipatok 5,3%.Adapun harga minyak (Indonesia crude price/ICP) ditetapkan USD80 per barel dengan liftingsebanyak 970.000 barel per hari. Untuk meraih pertumbuhan sebesar 6,4% itu,Hatta Rajasa menyebutkan empat pilar perekonomian wajib mendapat perhatian penuh. Mulai dari investasi yang memadai terutama berkaitan dengan pembangunan infrastruktur.

Daya tembus ekspor di pasar global yang tidak sekadar bersandar pada ekspor bahan mentah. Saatnya melakukan diversifikasi untuk ekspor setidaknya bahan setengah jadi supaya lebih kompetitif. Penyerapan anggaran yang terarah dan tepat sasaran dan waktu.Dan,daya beli masyarakat yang semakin berbobot. Apakah keempat pilar pertumbuhan ekonomi tersebut sudah solid untuk menopang pertumbuhan ekonomi nasional tahun depan? Dari sisi investasi, angka-angka realisasi investasi yang selama ini dipublikasikan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) cukup meyakinkan misalnya tahun ini.

Kepala BKPM Gita Wirjawan optimistis proyeksi investasi mencapai Rp200 triliun, padahal target realisasi investasi tahun ini hanya sekitar Rp163 triliun.“Proyeksi itu realistis. Infrastruktur, telekomunikasi, agro, pertambangan,itu direct invest di luar migas,”ungkapnya. Selain investor mulai berlomba-lomba merealisasikan investasinya, sebaran wilayah investasi juga cukup menyita perhatian karena terjadi pergeseran. Tahun depan Gita tak ingin berspekulasi tentang target investasi.

Target yang dipatok tak bergeser dari target tahun ini sebesar 15%. Ya, kita lihat saja apa yang dicanangkan Gita akan menjadi sebuah kenyataan atau hanya mimpi-mimpi di atas kertas. Selain pilar investasi, perhatian kepada sektor ekspor juga tak pernah sepi.Berdasarkan publikasi data Badan Pusat Statistik (BPS),nilai ekspor telah mencapai USD14,22 miliar atau naik dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Sepanjang Januari hingga Oktober tahun ini,secara kumulatif nilai ekspor sudah menembus USD125,13 miliar.Dengan demikian,peroleh ekspor tersebut meroket sekitar 35,45% dibanding periode yang sama tahun lalu.

Yang harus dikritisi, pasar tujuan ekspor kita masih berkutat pada pasar ekspor tradisional tanpa ada pengembangan pasar yang berarti. Tidak percaya? Faktanya,Jepang senilai USD1,34 miliar di tempat teratas, disusul China sebesar USD1,3 miliar,lalu Amerika Serikat sekitar USD1,22 miliar. Kalau digabung ketiga nilai ekspor ke negara tersebut,kontribusinya mencapai sekitar 34,48%. Sedangkan ekspor ke Uni Eropa yang meliputi 27 negara sebesar USD1,40 miliar.

Pilar lainnya adalah daya serap anggaran yang maksimal. Seperti kita ketahui bersama,daya serap anggaran bagaikan penyakit kambuhan yang selalu muncul pada akhir tahun.Tahun ini daya serap anggaran termasuk sangat memprihatinkan.Pada November lalu anggaran yang terserap baru mencapai 73%. Meski demikian, pemerintah telah bertekad menggenjot pembelanjaan anggaran dengan target terealisasi 96%.Menemukan akar penyakit kambuhan itu yang harus dilakukan pemerintah. Jangan baru kebakaran jenggot menjelang penutupan akhir tahun.

Pilar terakhir adalah daya beli masyarakat. Kalau menyimak Global Wealth Report yang diterbitkan The Credit Suisse Research Institute (CSRI) membuat kita semakin percaya daya beli masyarakat tak diragukan lagi. Hasil survei CSRI menyebutkan total kekayaan orang Indonesia mencapai USD1,8 triliun pada tahun ini atau tumbuh lima kali lipat dalam satu dekade terakhir ini.Persoalannya mampukah kita mengharmonisasikan keempat pilar itu dengan baik sehingga seirama satu dengan yang lain di tahun depan.Selamat Tahun Baru,tahun penuh optimisme.(*)

No comments:

Post a Comment