23 December 2010

Dialektika Bola dan Nasionalisme


Thursday, 23 December 2010
FINAL kompetisi AFF 2010 antara kesebelasan Timnas Indonesia versus Malaysia di Stadion Bukit Jalil, Kuala Lumpur, Minggu, 26 Desember 2010 mendatang, bakal berlangsung ketat sekaligus seru. Pertandingan dua negara serumpun yang sering bersitegang ini disebut-sebut tak sebatas perebutan piala semata.Namun, lebih dari itu juga pertaruhan harga diri bangsa. Tempo hari, sepak bola tiba saja muncul bak terapi nasionalisme. Gemuruh terdengar ketika 80.000 penonton di Stadion Gelora Bung Karno Jakarta menyanyikan lagu Indonesia Raya secara serentak dan bersemangat.


Belum lagi euforia jutaan penonton di seluruh penjuru Nusantara.Fenomena ini merupakan gejala kebangkitan nasionalisme di tengah suasana miskin prestasi olahraga dan politik Indonesia. Nasionalisme sejatinya memiliki nuansa sosial-politik yang amat kental.Target utamanya adalah persatuan rakyat di seluruh persada bumi pertiwi. Berdasar persatuan itulah,kemudian muncul kekuatan dahsyat yang bisa digunakan untuk menghadapi segala macam marabahaya.Ya, rasa nasionalisme memang mampu mempersatukan bangsa. Kita mafhum bahwa cita-cita kemerdekaan,menumbuhkan cita rasa persatuan dan nasionalisme di seluruh lapisan masyarakat Hindia Belanda waktu itu.

Bentuk nasionalisme itu kemudian dipoles dan diringkas secara cerdas dan bernas dalam bentuk simbolis: Pancasila,lagu Indonesia Raya,bendera Merah Putih,dan sudah tentu bahasa Indonesia. Dengan menyanyikan, melihat,menyebut, dan simbol-simbol itulah, kemudian rasa nasionalisme bangkit sekaligus menyeruak di relung sanubari publik. Persoalan kemudian, nasionalisme sebagai sebuah konsep tentu terus berkembang dan perlu diperkaya sesuai kesadaran dan kemampuan daya nalar manusia.Nalar itulah yang bisa mempertebal rasa nasionalisme.

Dalam perjalanannya, kesebelasan Indonesia selalu berhasil menyatukan para pemain dari berbagai etnis semisal Jawa, Padang, Batak, Bali,Manado,Papua, Sasak,Tionghoa, dan Nusa Tenggara. Sekali lagi, hal tersebut bisa dilakukan dalam dunia olahraga. Simbol-simbol nasionalisme seperti lambang Garuda,bendera,bahasa,lagu kebangsaan, dan nama negara sangat mudah dibentangkan, digerakkan, serta dinyanyikan di arena olahraga. Menpora sebagai representasi pemerintah dalam dunia olahraga mesti berupaya keras untuk membangkitkan prestasi olahraga dengan cara memperhatikan kesejahteraan dan pembinaan Timnas agar sustainable dengan melibatkan beragam sponsor.

Konon, cabang-cabang olahraga di Malaysia bisa maju dan berprestasi karena disponsori sejumlah perusahaan besar seperti Proton Saga dan Petronas. Mampukah Indonesia? Sebuah pertanyaan genting yang perlu ditindaklanjuti segera.Yang jelas, kini Timnas Indonesia sedang berada pada posisi meraih prestasi. Pemerintah jangan lagi absen, hadirlah mengawal momentum ini demi kemenangan Timnas dan bangkitnya nasionalisme.BravoTimnas,buktikan merahmu! (*) 

1 comment: