24 February 2012

Bentrok Berdarah di RSPAD

JAKARTA– Aksi premanisme semakin merajalela. Kemarin, puluhan orang menyerang kelompok pelayat di rumah duka Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD ) Gatot Soebroto Jakarta.


Akibatnya dua orang tewas dan empat lainnya luka. Kepala Polres Jakarta Pusat Kombes Pol Angesta Romano Yoyol menjelaskan, penyerbuan dipicu masalah di antara mereka. Hanya apa masalahnya, dia belum bersedia menjelaskan.

”Kita masih meminta keterangan dari saksi-saksi yang kita miliki,” ujarnya kepada wartawan di Jakarta kemarin. Kalangan DPR mengungkapkan kegeramannya atas ulah kelompok preman tersebut. 
Wakil Ketua Komisi I DPR TB Hasanuddin, misalnya,menilai penyerangan di RSPAD Gatot Soebroto mengindikasikan premanisme bisa leluasa berbuat pelanggaran di negara ini.Dia bahkan menyebut apa yang terjadi di RSPAD itu sebagai bentuk penghinaan nyata atas negara.

”Apalagi,kejadian itu hanya 20 jam setelah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menegaskan dalam rapat konsultasi dengan pimpinan Dewan (DPR) bahwa tidak ada ruang bagi anarkisme dan premanisme di tanah bangsa ini,’’ tandas mantan sekretaris militer Presiden Megawati Soekarnoputri itu. Hasanuddin pun meminta pemerintah tegas dan tangkas mengusutnya. Dia menegaskan, harus ada yang mempertanggungjawabkan insiden tersebut. ”Tangkap, kejar, dan adili siapa pun pelakunya.”

”Pemberantasan premanisme harus dari hulu sampai hilir,”tegas politikus PDIP itu. Senada,Wakil Ketua DPR Priyo Budi Santoso menyebut insiden tersebut seperti penghinaan atas alat keamanan negara. Dia juga menuntut kasus tersebut harus ditangani secara serius agar tidak ada kesan bahwa aparat mendiamkannya.” Ini memalukan dan penghinaan betul terhadap alat keamanan kita,” ujarnya. ”Kepolisian tidak perlu takut. Ini tidak bisa dibiarkan karena akan menimbulkan ketakutan masif kalau di rumah sakit saja terjadi seperti itu,”imbuh politikus asal Trenggalek tersebut.

Merespons meningkatnya aksi premanisme, Kepolisian Daerah Metropolitan Jakarta Raya (Polda Metro Jaya) menggelar Operasi Kilat Jaya selama sebulan penuh,mulai 22 Februari sampai 22 Maret.Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Rikwanto menandaskan, operasi akan menyasar pelaku tindak kejahatan dan premanisme.”Memang ada momentum,ini (terkait dengan beberapa aksi kekerasan yang terjadi),” katanya di Jakarta kemarin.

Sebelumnya, Polda Metro Jaya mengungkap beberapa aksi premanisme yang menimbulkan korban jiwa meninggal dunia. Salah satunya peristiwa pembunuhan terhadap mantan bos PT Sanex Steel Indonesia, Tan Harry Tantono alias Ayung, 50, yang diduga dilakukan John Kei dan kelompoknya di Swissbell Hotel, Sawah Besar, Jakarta Pusat, 26 Januari 2012. Atas kasus tersebut, polisi telah menangkap dan menembak kaki kanan pimpinan kelompok Angkatan Muda Kei (Amkei) John Kei di Hotel C’One, Pulomas, Jakarta Timur, Jumat (17/2). Kriminolog Universitas Indonesia Eko Haryanto menilai maraknya premanisme membuktikan lemahnya fungsi petugas kepolisian untuk menjaga keamanan lingkungan.

Dia mengingatkan, maraknya aksi premanisme akan membawa dampak negatif terhadap tatanan masyarakat. “Petugas keamanan,dalam hal ini polisi,wajib mempertegas dan melakukan perubahan sistem dalam penjagaan di kawasan masing-masing. Intinya polisi harus lebih aktif lagi melakukan patroli 24 jam di setiap wilayahnya,” tutur dia saat dihubungi.

Mengerikan

Penyerangan di RSPAD berawal ketika kelompok pelayat datang ke rumah sakit milik TNI AD itu untuk melihat jasad Bob Stanley, 50, yang meninggal akibat kanker yang dideritanya sejak September 2011 lalu. Tiba-tiba sekitar pukul 01.45 WIB,puluhan orang yang menggunakan taksi, angkutan umum, dan motor memasuki rumah duka RSPAD dan langsung menyerang setiap orang yang ada di kawasan tersebut. Seorang saksi mata Egi Dius, 20, mengatakan bentrokan berlangsung cepat dan mengerikan.

Dirinya yang saat itu tengah menjaga salah seorang keluarga yang disemayamkan di Ruang A RSPAD dikagetkan kejadian dua orang sedang dikejar sekelompok orang. ”Kita lagi duduk-duduk di depan sana, mereka kejar orang dari depan, yang beta lihat dua orang,”kata Egi. Menurut dia, kelompok penyerang berjumlah puluhan orang dan membawa senjata tajam berupa parang.Mereka secara membabi buta melakukan penyerangan, termasuk membacok salah satu korban di bagian dada.

Dia juga menyaksikan seorang korban yang sempat mengumpat di dalam sebuah ruangan rumah duka ikut ditebas. Dalam waktu yang bersamaan, sekitar 20 meter dari ruangan rumah duka juga terjadi peristiwa mengenaskan lainnya. ”Kita lihat tidak begitu jelas, tapi dia masih bangun lagi lari ke tempat parkir, sampai dibantai di sana, kondisinya mengenaskan sekali, ada luka bacok di leher,”ujarnya. Akibat serangan tersebut, dua orang meninggal dunia, yakni Stanley AY Wenno dan Ricky Tutuboy. Stanley mengalami luka di dahi, perut, dan kepala, sedangkan Ricky terluka di bagian kepala dan wajah.

Adapun empat korban terluka lainnya adalah Oktavianus Mag Milion,Yopi Jonatan B, Errol Karl,dan Jefry H.Semuanya mengalami luka akibat tusukan dan sabetan senjata tajam. Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Rikwanto memastikan penyerangan tidak terkait dengan aksi yang dilakukan di Bundaran Hotel Indonesia dan Mabes Polri untuk mendukung Polri menjerat John Kei. ”Belum ada korelasinya. Mereka memang dari suku Ambon,baik yang diserang maupun yang menyerang,” katanya.

Polda Metro Jaya juga mendalami keberadaan seorang wanita yang diduga ikut melakukan penyerangan pada bentrokan tersebut.”Menurut saksi ada seorang wanita yang diduga dari pihak penyerang,” kata Rikwanto. Menurut diam penyidik berupaya menelusuri identitas dan keterkaitan wanita itu. Sejauh ini, sosok wanita itu masih misterius. Kapolres Jakarta Pusat Kombes Pol AR Yoyol mengaku wanita itu belum teridentifikasi. ”Masih ditelusuri,” katanya.

Tiga Tersangka

Kepala Satuan Reskrim Polres Jakarta Pusat AKBP Hengky Hariyadi mengaku pihaknya sudah menahan enam orang.Tiga orang di antaranya resmi dijadikan tersangka.Penetapan ini dikuatkan dengan adanya bercak darah di baju ketiga tersangka. Sayangnya, siapa saja tersangka dimaksud, dia tidak bersedia membeberkan.” Nanti jika sudah tertangkap semua, baru bisa di publikasikan,” ucapnya.

Mengenai motif, polisi belum bisa memastikan,tetapi diduga ada hubungannya dengan narkoba. Hengky menggariskan, segala kemungkinan masih bisa menjadi motif. ”Hasil pemeriksaan ketiga tersangka, mereka hanya ikutikutan. Keterangan yang didapat belum bisa dipublikasikan seluruhnya,”tuturnya saat dihubungi. .ridwansyah/ helmi syarif/rahmat sahid

No comments:

Post a Comment