07 May 2011

Indonesia, Surganya Musisi Asing

Sejak dua tahun terakhir, konser musik asing silih berganti digelar. Malah, dari sejumlah konser tersebut tidak pernah sepi penonton.

Menurut pengamat industri budaya Universitas Padjadjaran (Unpad) R Muhammad Mulyadi,sebenarnya hal itu bukan hal baru. Musisi-musisi asing telah memulainya sejak awal Orde Baru. Era akhir 1960-an adalah awal dari musisi asing tampil di Indonesia.Blue Diamond sebagai grup band yang waktu itu tersohor di Eropa, datang untuk mengadakan konsernya di Indonesia. Saat itu belum muncul apa yang dinamakan event organizer (EO).

Pengundang grup Blue Diamond adalah pihak Hotel Indonesia, sementara untuk tur ke beberapa kota,ABRI (BKS Kostrad)-lah yang bertindak sebagai penyokong. Grup asal Eropa itu mendapat pengawalan dari ABRI, karena semangat antiasing yang didengungkan kuat pada era Soekarno masih sangat terasa. Setelah euforia reformasi awal 2000-an dan melewati tahun-tahun yang sulit dengan berbagai isu teroris, tahun 2010 panggung hiburan di Tanah Air diramaikan dengan banyaknya musisi mancanegara yang datang menggelar konser.Pada 2011 tampaknya situasinya juga tidak jauh berbeda.

Sepanjang tahun ini, para penggemar musik di Indonesia, khususnya penikmat konser, mendapat banyak kesempatan menyaksikan pertunjukan musik mancanegara. Hal ini menjadi wajah lain dari industri musik di Tanah Air. Tidak heran jika konser musik menjadi budaya yang kini berkembang di Indonesia. Budaya ini semakin berkembang mengingat menjanjikan keuntungan bisnis yang tidak sedikit. Banyaknya konser musik tentunya karena didukung dengan permintaan dan pasar Indonesia yang besar. Bahkan untuk kawasan Asia, Indonesia menjadi negara kedua yang banyak mendatangkan penyanyi dan band asing, setelah Jepang.

Antusiasme, jumlah penduduk yang besar, dan suasana kondusif menjadi sejumlah alasan musisi-musisi kelas dunia memilih Indonesia. Tahun ini konser musisi asing dibuka Secondhand Serenade. Band rock akustik yang banyak disukai anak baru gede (ABG) ini digelar di dua kota,Bandung dan Surabaya pada 8–9 Januari. Sekitar 3.500 penonton memadati konser band yang dikomandani John Vesely (vokalis dan gitaris). Sedikitnya 16 lagu dilantunkan band ini untuk menggebrak panggung konser. Para penggemar musik asing tidak perlu menunggu lama untuk menikmati konser musisi mancanegara lainnya. Satu hari berselang, bertempat di Istora Senayan digelar konser No one Ever Really Dies (N.E.R.D).Band ini pernah batal manggung di Indonesia pada Maret 2009.

Karena itu, kedatangannya kali ini banyak ditunggu penggemarnya, meski saat manggung pada 10 Januari lalu salah satu personelnya, Chad Hugo, tidak bisa hadir karena paspornya bermasalah. Konser musik asing dilanjutkan pada 22 Januari dengan kehadiran Ne- Yo.Sebelum Ne-Yo,sebenarnya pernah dijadwalkan ada band Four Year Strong dan Set Your Goals pada 19 Januari.Namun,kedua band itu membatalkan konser tur Asianya. Ne-Yo merupakan penyanyi beraliran R&B asal Amerika Serikat (AS) yang mempunyai nama lengkap Shaffer Chimere Smith. Ne-Yo bahkan memilih Indonesia sebagai negara pertama dalam konser dunianya.

Ne-Yo membuka konsernya dengan lagu Because of You dan praktis membuat para penggemarnya berjingkrakjingkrak mengikut irama.Dengan lagu Closer, Ne-Yo menutup penampilannya. Setelah melemparkan kemeja ungu yang dia kenakan ke penonton, konser pun benar-benar berakhir. Antusiasme penonton dalam konser ini menunjukkan bahwa Ne-Yo mempunyai penggemar fanatik di Indonesia. Pada Februari, konser musik asing dimulai oleh Rick Price yang digelar pada 7 Februari di Balai Sarbini, Jakarta. Konser yang awalnya memasang target 1.300 penonton tidak tercapai.

Konser penyanyi pop melankolis asal Australia yang digelar NU Prima Production ini hanya disaksikan sekitar 900 penonton. Satu hari berselang, giliran Deftones yang manggung di Tennis Indoor Senayan. Berbeda dengan Rick Price, Deftones berhasil menghibur sekitar 3.000 penonton.Deftones menggebrak venue dengan sejumlah hitnya. Java Musikindo memang menghadirkan Deftones sebagai pelepas dahaga para Deftoners (sebutan untuk penggemar Deftones) untuk melihat aksi panggung Chino Moreno dkk menggeber hit-hit andalan. Ada 24 lagu yang dibawakan selama 90 menit penampilan mereka.

Salah satu penyanyi terkenal lain yang tampil pada Februari adalah saudara perempuan mendiang Michael Jackson,yaitu Janet Jackson.Penyanyi ini tampil di Plennary Hall Jakarta Convention Centre satu hari setelah penampilan Deftones. Mengingat sebagai superstar, tidak heran jika tiket konser bertema “Number Ones Up Close and Personal Live Concert” dibanderol mulai Rp900.000 hingga Rp3 juta. Konser Janet menjadi pembicaraan luas sebelum dan sesudah berlangsungnya acara.Tentu saja kemeriahan terlihat jelas kala konser berlangsung. Pengunjung histeris kala Janet menyanyikan sejumlah hit.Konser ini juga berlangsung dalam pengawalan ketat dari para pengawal pribadi Janet.

Wartawan yang meliput diseleksi secara ketat dan baru boleh masuk setelah konser berlangsung beberapa menit.Pengawalan ketat pun dimulai sejak dia tiba di Bandara Soekarno-Hatta. Sejumlah pengawal pribadi selalu mengiringinya, ditambah belasan pengawal dari Indonesia yang disiapkan promotor. Selain sejumlah musisi di atas,pada Februari juga datang sejumlah nama beken lain seperti Duncan Sheik with opening act Rachel Yamagata yang tampil di Hard Rock Cafe Bali pada 12 Februari dan di Hard Rock Cafe Jakarta dua hari setelahnya.Selain itu, ada nama Iron Maiden yang manggung di Pantai Karnaval Ancol pada 17 Februari.

Aksi grup musik heavy metal asal Inggris ini menjadi buah bibir. Maklum, penampilan grup musik cadas yang dibentuk pada 1975 ini benar-benar menghibur para “jamaah Maideniyah”(sebutan untuk penggila Iron Maiden). Dari sejumlah konser musik asing yang berlangsung di Indonesia, Jakarta International Java Jazz Festival pada 4–6 Maret lalu mempunyai nilai tersendiri di hati penggemar musik Indonesia.Festival jazz tahunan yang diselenggarakan setiap Maret sejak 2005 ini selalu menghadirkan musisi jazz kenamaan mancanegara dan dalam negeri. Festival ini juga disertai musisi dari genre musik lain seperti R&B,soul,reggae. Pada Java Jazz tahun ini,ada sekitar 48 musisi asing yang tampil, seperti Carlos Santana,Rhoda Scott,New York Voices,Joey DeFrancesco Trio,Harvey Mason.

Festival ini berhasil mendatangkan ratusan ribu penonton selama penyelenggaraan. Mereka terpesona dengan performa yang ditampilkan sejumlah musisi. Fenomena yang paling menarik dari sejumlah konser yang telah dilangsungkan tahun ini tentu saja datang dari Justin Bieber. Pemuda berusia 16 tahun yang populer melalui YouTube ini benar-benar telah melahirkan demam baru bagi penggemar musik Indonesia. Dia telah menjadi idola baru dunia, sehingga tidak heran jika kedatangannya ke Indonesia mendapatkan sambutan yang luar bisa. Bahkan, untuk mendatangkannya diperlukan lima promotor sekaligus.

Bieber tampil di Sentul International Convention Center, Bogor, Jawa Barat pada 23 April lalu. Sekitar 10.500 tiket disiapkan dan semuanya ludes terjual. Bahkan, masih ada ribuan Bieberian (sebutan untuk penggemar Justin Bieber) yang harus gigit jari karena tidak mendapatkan tiket. Konser Bieber juga memperjelas bahwa penggemar musik asing di Indonesia tidak pernah ada matinya. Tahun ini masih ada sejumlah konser yang dipastikan akan hadir di Indonesia.

Pergelaran musik mancanegara ini menjadi wajah baru bagi industri dan budaya musik Tanah Air, sekaligus sebagai pengukuhan bahwa Indonesia adalah tempat yang aman untuk dikunjungi. islahuddin/pasti liberti 

No comments:

Post a Comment