13 August 2011

Merespons Krisis dengan Kreatif

Jiwa manusia memiliki kapasitas yang benarbenar luar biasa—kemampuan untuk menghasilkan harapan dari krisis yang paling merusak.Kemampuan untuk mencipta nilai ini dapat dilihat dalam respons terhadap gempa bumi yang melanda Jepang pada 11 Maret lalu.

Setelah gempa bumi dan tsunami,terdapat respons yang luar biasa dari seluruh dunia dalam bentuk bantuan dan pertolongan serta curahan dukungan materi maupun psikologi yang tidak terhitung jumlahnya.

Rakyat Jepang tidak akan pernah melupakan respons sepenuh hati ini: saat kami memulai jalan panjang menuju pemulihan, kami akan selalu mengingat dalam hati tentang utang budi terhadap kebaikan tidak terbatas dari orang-orang di seluruh dunia. Sejarawan asal Inggris, Arnold J Toynbee, berkata, “Peradaban terlahir dan kemudian tumbuh lewat keberhasilannya merespons tantanganyang datang berturut-turut.”

Perjuangan untuk menghadapi tantangan baru ini pasti akan terus berlangsung selama sejarah manusia berlanjut. Dihadapkan pada bencana dengan skala yang tidak terbayangkan, rakyat Jepang sedang mencari jalan untuk kembali bangkit dan menemukan respons yang tepat terhadap serangkaian masalah yang saling terkait.

Saya secara pribadi mengenal banyak orang yang dengan mulia telah mendedikasikan diri mereka untuk membantu orang lain.Mereka bekerja untuk memulihkan komunitas mereka, yang dengan bebas berbagi sumber daya sesedikit apa pun yang mereka miliki dan mencurahkan energi mereka untuk membantu orang lain.

Sering kali mereka sendiri telah kehilangan orang-orang yang dicintai,rumah,dan mata pencaharian mereka. Kita hanya bisa tersentuh hingga mengagumi kilauan inti kemanusiaan yang bersinar di saat-saat krisis.

Saya juga melihat tindakan kerja sama tanpa pamrih seperti ini yang tidak terhitung jumlahnya di pusat-pusat komunitas Soka Gakkai di wilayah-wilayah yang terkena dampak bencana, yang kami buka sebagai pusat evakuasi segera setelah gempa terjadi.

Kebersamaan

Penderitaan yang disebabkan gempa bumi besar bisa benar-benar mengejutkan. Namun, di mana pun tragedi demikian melanda pada tahuntahun belakangan—gempa bumi Sumatera dan tsunami Lautan Hindia pada 2004, gempa bumi Sichuan di China pada 2008, gempa bumi Haiti pada 2010—kesadaran akan solidaritas manusia telah muncul.

Terbentuk sebuah komunitas dengan warga yang berani dan berdedikasi bertekad untuk membantu satu sama lainnya. Tindakan demikian, dan semangat di belakangnya, benar-benar sangat menginspirasi. Saya tahu saya tidaklah sendiri dalam melihat kebaikan sejati yang mengalir dari inti dasar kemanusiaan kita di dalam hal ini.

Tentu saja operasi pemberian bantuan yang ditunggangi pemerintah harus menjadi pusat bagi aktivitas penyelamatan dan rekonstruksi. Namun, pada saat bersamaan, sudah terdokumentasi dengan baik bahwa seringkali justru tindakan kooperatif dari komunitas lokallah yang dapat mengantarkan bantuan yang sangat menentukan keselamatan kepada mereka yang terkena dampak terburuk dan tetap rentan.

Seiring dengan berlanjutnya usaha-usaha rekonstruksi, aspek spiritual dari perhatian dandukunganmenjadisemakin penting,dan jaringan perorangan manusia yang setiap hari saling berinteraksi, saling menghargai dan saling menyemangati satu sama lainnya pada tingkat akar rumput memainkan peranan kunci dalam hal ini.

Dalam pengertian ini, solidaritas sejati antarmanusia dapat menyediakan fondasi bagi jenis keselamatan manusia yang tidak dapat dihancurkan bahkan oleh bencana yang paling buruk sekalipun.

Kebijaksanaan

Respons kita terhadap bencana haruslah bisa menciptakan nilai abadi dari tragedi.Hal ini berarti tiba pada pemahaman yang semakin mendalam mengenai sifat sesungguhnya dari kebahagiaan manusia.Hal ini pada gilirannya akan membentuk ulang cara umat manusia membayangkan masa depan dalam segala aspeknya, termasuk area kritis terkait kebijakan energi.

Sama seperti bencana nuklir Chernobyl pada 1986— memaksa kita berpikir ulang mengenai banyak isu—kecelakaan di pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima memiliki pengaruh mendalam pada pandangan dan sikap orangorang di seluruh dunia.

Meski opsi-opsi konkret yang tersedia bagi setiap negara akan beragam, tidak ada keraguan bahwa suatu arus baru dalam sejarah manusia sedang dilahirkan. Hal ini terlihat dalam promosi yang agresif terhadap sumber energi yang terbarukan,pengembangan teknologi efisien energi,dan manajemen sumber daya yang semakin berhati-hati secara umum.

Mencapai tujuan masyarakat berkelanjutan akan membutuhkan kita menganut suatu cara memandang dunia—suatu sistem nilai—yang dapat mengendalikan lajunya keserakahan manusia yang berlebihan, dengan bijaksana mengubah dorongan nafsu ini menuju tujuan yang lebih mulia.

Saya berharap agar kita akan mengembangkan suatu respons terhadap bencana saat ini, yang menyatukan kebijaksanaan umat manusia saat kita mencari pemulihan kehidupan kita, pemulihan masyarakat kita, pemulihan peradaban kita,dan yang mendasari semua ini, suatu pemulihan kuat hati manusia.● DAISAKU IKEDA Filsuf Buddhis dan Peacebuilder asal Jepang, Presiden Soka Gakkai Internasional

No comments:

Post a Comment