23 September 2011

Cermati dan Antisipasi Krisis

Pada laporannya dua hari lalu Dana Moneter Internasional menilai perekonomian global kini memasuki fase baru yang berbahaya. Ekonomi global akan ditandai perlambatan pertumbuhan secara tajam.

Hal yang sama sebelumnya disampaikan Presiden Bank Dunia Robert Zoellick bahwa perekonomian dunia telah memasuki zona bahaya baru. Menurut Zoellick, apa yang terjadi dalam beberapa hari terakhir adalah gabungan sejumlah peristiwa di Amerika Serikat dan Eropa, yang menyebabkan banyak pelaku pasar kehilangan kepercayaan atas kepemimpinan ekonomi sejumlah negara utama.

Krisis finansial di Amerika Serikat yang diikuti beberapa negara Eropa itu membuat pasar saham global termasuk indeks harga saham gabungan (IHSG) tertekan signifikan. IHSG pada perdagangan kemarin ditutup terkoreksi dalam sebanyak 328,351 poin (8,89%) ke level 3.369,143.Penurunan IHSG tercatat sebagai yang paling buruk di Asia. Dalam beberapa hari terakhir rupiah juga melemah meskipun pada penutupan kemarin menguat karena intervensi Bank Indonesia.

Dalam beberapa hari ke depan, IHSG diprediksi kembali turun karena kondisi global dan regional semakin negatif yang ikut menekan situasi domestik. Perlu dicatat bahwa kondisi domestik saat ini lebih disebabkan pasar finansial global.Ketidakstabilan di pasar global membuat pelaku pasar di dalam negeri mengambil posisi lepas saham sambil menunggu perkembangan positif dari pengambil kebijakan dalam menangani krisis.

Krisis karena pengaruh global juga terjadi pada 2008,dengan penyebab utama utang untuk kredit perumahan AS. Kondisi domestik Indonesia saat itu tidak banyak terpengaruh karena fundamentalnya yang kuat.Ketika itu IHSG juga melemah dalam, tetapi kembali menguat setelah krisis mereda dalam tempo yang tidak terlalu lama. Berbeda dengan yang terjadi pada krisis 1997/1998 di mana muasal penyebabnya ada di Asia.

Faktor politik menjelang pergantian rezim turut berpengaruh besar dalam membuat ekonomi kita ketika itu terjerembab sangat dalam. Bahkan membutuhkan waktu yang sangat lama untuk kembali pulih seperti sediakala. Krisis kali ini tentu tidak bisa disikapi enteng seperti pada 2008 dengan keyakinan akan pulih kembali.Tetapi juga tidak harus disikapi dengan panik, seakan-akan kembali menghadapi krisis seperti pada 1998. Bagaimanapun kondisi krisis pada setiap masanya berbeda.

Memang ada perkiraan kondisi global saat ini lebih serius dari perkiraan atau lebih berat dari yang terjadi pada 2008.Yang penting tetap ada pegangan bahwa secara fundamental ekonomi di Indonesia masih bagus.Sembari berpegangan,sebaiknya terus mencermati dan antisipasi agar gejolak krisis tidak memengaruhi ekonomi semakin dalam. Belajar dari pengalaman krisis 1998 dan 2008, kita meyakini pemerintah dan Bank Indonesia telah menyiapkan berbagai macam instrumen sebagai antisipasi untuk menjaga kestabilan perekonomian Indonesia.

Pemerintah harus didorong untuk memenuhi janjinya,menjaga daya beli masyarakat, dalam arti menjaga inflasi. Semua kalangan seharusnya tetap optimistis dan bersinergi untuk memelihara momentum pertumbuhan ekonomi dan mengelola serta mengatasi dampak krisis AS dan Eropa.Penting untuk selalu ditekankan, semuanya tidak boleh panik dan harus menjaga kepercayaan masyarakat. Kepanikan hanya akan membuat pasar jadi lebih buruk.

No comments:

Post a Comment