Orang tuanya sukses sebagai pengusaha yang bergerak di bisnis pakaian,tetapi Filli Pratama tak sekali pun ingin meniru kesuksesan itu.Wanita 45 tahun ini lebih memilih menjadi dosen peneliti dan membiarkan sebagian besar hidupnya tenggelam di laboratorium.
”Dari dulu saya tidak tertarik terjun ke dunia usaha.Saya malah tertarik dan tertantang untuk mendalami persoalan makanan.Karena menarik saja,dari dulu bahan dasar makanan yang itu-itu saja,tapi bisa dibuat beragam macam jenis makanan,”ujar dia. Filli menceritakan,ketertarikannya terhadap bidang pangan berawal ketika ia masih mempelajari ilmu hayat di bangku SMA.
Begitu senangnya hingga dia memilih Jurusan Teknologi Pertanian,Program Studi Hasil Pertanian,Universitas Sriwijaya,Sumatera Selatan.Menariknya, kala itu Filli menjadi satusatunya perempuan dari 10 mahasiswa angkatan pertama pada 1985. Prestasi wanita kelahiran Jambi ini dalam mengembangkan pangan sudah terlihat sejak menempuh pendidikan S-1 tersebut.
Dalam skripsinya, dia menciptakan teknologi pembuatan beras instan.Beras itu cukup direbus selama dua menit agar matang. Obsesi Filli mengembangkan pangan semakin kentara saat ia memutuskan melanjutkan kuliah S-2 Jurusan Food Science,University of Western Sidney,Australia,pada 1992.
Menyelesaikan gelar master,wanita sederhana ini terus menekuni inovasi beras.Bahkan dalam tesisnya,ia membuat beras instan yang mengandung vitamin B1.Filli semakin memantapkan fokusnya pada ilmu pangan dengan meraih gelar doktor Jurusan Food Science,University of Western Sidney pada 23 Desember 2000.
Gelar itu diraihnya setelah berhasil melakukan diversifikasi beras melalui teknologi pascapanen.Ia membuat beras wangi dengan aroma yang beragam,diantaranya pandan dan santan kelapa,tanpa mengubah bentuk asli butiran beras. Sepulang dari Negeri Kanguru,ia mengabdikan diri menjadi pengajar pada Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian,Universitas Sriwijaya.
”Saya senang meneliti dan menyumbangkan karya-karya ilmiah.Tapi, saya tidak ambil pusing bagaimana memasarkan produk.Yang penting, teknologi hasil pertanian harus dikembangkan agar semua yang masuk ke tubuh itu sehat,”ujarnya. Kendati menekuni dunia penelitian, Filli tak urung prihatin dengan adanya jurang yang lebar antara peneliti perguruan tinggi dengan masyarakat.
Dalam pandangannya,kalangan akademisi seharusnya memiliki tanggung jawab moral untuk mencerahkan masyarakat dengan cara menyebarluaskan hasil penemuan mereka.
”Dari dulu saya tidak tertarik terjun ke dunia usaha.Saya malah tertarik dan tertantang untuk mendalami persoalan makanan.Karena menarik saja,dari dulu bahan dasar makanan yang itu-itu saja,tapi bisa dibuat beragam macam jenis makanan,”ujar dia. Filli menceritakan,ketertarikannya terhadap bidang pangan berawal ketika ia masih mempelajari ilmu hayat di bangku SMA.
Begitu senangnya hingga dia memilih Jurusan Teknologi Pertanian,Program Studi Hasil Pertanian,Universitas Sriwijaya,Sumatera Selatan.Menariknya, kala itu Filli menjadi satusatunya perempuan dari 10 mahasiswa angkatan pertama pada 1985. Prestasi wanita kelahiran Jambi ini dalam mengembangkan pangan sudah terlihat sejak menempuh pendidikan S-1 tersebut.
Dalam skripsinya, dia menciptakan teknologi pembuatan beras instan.Beras itu cukup direbus selama dua menit agar matang. Obsesi Filli mengembangkan pangan semakin kentara saat ia memutuskan melanjutkan kuliah S-2 Jurusan Food Science,University of Western Sidney,Australia,pada 1992.
Menyelesaikan gelar master,wanita sederhana ini terus menekuni inovasi beras.Bahkan dalam tesisnya,ia membuat beras instan yang mengandung vitamin B1.Filli semakin memantapkan fokusnya pada ilmu pangan dengan meraih gelar doktor Jurusan Food Science,University of Western Sidney pada 23 Desember 2000.
Gelar itu diraihnya setelah berhasil melakukan diversifikasi beras melalui teknologi pascapanen.Ia membuat beras wangi dengan aroma yang beragam,diantaranya pandan dan santan kelapa,tanpa mengubah bentuk asli butiran beras. Sepulang dari Negeri Kanguru,ia mengabdikan diri menjadi pengajar pada Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian,Universitas Sriwijaya.
”Saya senang meneliti dan menyumbangkan karya-karya ilmiah.Tapi, saya tidak ambil pusing bagaimana memasarkan produk.Yang penting, teknologi hasil pertanian harus dikembangkan agar semua yang masuk ke tubuh itu sehat,”ujarnya. Kendati menekuni dunia penelitian, Filli tak urung prihatin dengan adanya jurang yang lebar antara peneliti perguruan tinggi dengan masyarakat.
Dalam pandangannya,kalangan akademisi seharusnya memiliki tanggung jawab moral untuk mencerahkan masyarakat dengan cara menyebarluaskan hasil penemuan mereka.
No comments:
Post a Comment