09 July 2011

Si Pitung dari Kali Pesanggrahan

Tidak semua kali yang ada di Jakarta kotor dan penuh sampah. Salah satu wajah kali yang bersih terlihat pada Kali Pesanggrahan di Karang Tengah, Lebak Bulus, Jakarta Selatan.


Haji Chaeruddin menjadi komandan dalam menjaga kali ini tetap bersih. Ketika berjumpa dengan Chaeruddin akan terlihat sosok orang Betawi. Pakaian yang dikenakan sangat khas suku Betawi lengkap dengan topi hitam. Dengan sebilah golok dia mendatangi Kali Pesanggrahan.Golok berfungsi sebagai salah satu alat untuk membersihkan kali.

Kini pria yang akrab dipanggil dengan sapaan Bang Idin ini bersama kelompok tani Sangga Buana menjaga dan melestarikan Kali Pesanggrahan. Organisasi itu memiliki pengaruh yang kuat dan sangat luas bagi perubahan sosial di Kali Pesanggrahan. Walaupun tanpa berbadan hukum, dan struktur organisasi yang tidak jelas, mereka terbukti mampu mengorganisasi warga pinggiran kali.

Ratusan bahkan ribuan jiwa menggantungkan hidupnya pada komunitas ini. Mulai dari peternak ikan dan peternak kambing hingga pedagang ikan. Usaha mereka pun dengan konsisten terus berjalan meskipun tanpa dukungan berarti dari pemerintah. Menurut Bang Idin, kegiatan yang dia lakukan berawal dari konservasi hutan dan penghijauan di sepanjang bantaran sungai.

Dua puluh tahun lalu, kawasan itu gersang dan kotor. Sekarang hasil kerja kerasnya terlihat dengan jelas.Kawasan tersebut menjadi hutan kota nan rindang. Lebih dari 60.000 tanaman buah dan pohon langka ditanam di sana. Sebagian besar merupakan jenis pohon-pohon lokal.

”Siapa sangka kita berada di Jakarta,” ujarnya kepada Seputar Indonesia (Sindo) yang turut menyaksikan keberhasilan Bang Idin dan komunitasnya. Sektor perekonomian masyarakat bergerak.Usahanya dalam mencegah aliran limbah rumah tangga ke sungai membuahkan hasil yang tidak sedikit.

Limbah dari 3.000 rumah di kawasan tersebut ditampung di beberapa kolam yang dibuat dengan model terasering. Belasan kolam dibangun dengan memanfaatkan bamboo yang tumbuh di sekitar sungai. Kolam-kolam itu dijadikan tempat pembibitan serta pemeliharaan berbagai jenis ikan air tawar seperti lele, gurami, mujair.

Hasilnya sungguh luar biasa.Menurut Bang Idin, komunitas tersebut dapat memanen ikan sebanyak satu ton per minggu. ”Bayangkan saja, kolam-kolam ini bisa menghasilkan ikan satu ton setiap minggunya,”ujar dia. Tidak berhenti sampai di situ, kolam-kolam tersebut pun dijadikan kawasan wisata pemancingan.

Sejumlah warung didirikan dan dikelola masyarakat untuk menunjang aktivitasnya. Hasilnya, pertumbuhan ekonomi di kawasan tersebut bergerak sesuai dengan deret ukur. ”Bahkan limbah pun memiliki nilai ekonomis. Peternakan ikan sampai kolam pemancingan mendapatkan manfaat dari limbah yang dijaring sebelum dibuang ke sungai.

Ada ratusan keluarga yang bisa hidup dari kegiatan ini. Akhirnya berapa banyak peternak ikan, pedagang nasi, hingga pembuat makanan ikan yang memperoleh kruntungan,” tambah Bang Idin.

Bukan cuma ikan yang bisa menghidupi warga setempat,tapi juga peternakan kambing unggul jenis etawa. Begitu pun dengan sayur dan buahbuahan.” Kami juga berusaha mengembangkan peternakan kuda,”ujarnya.

Bang Idin bersama jaringan komunitasnya yang tersebar di sejumlah daerah aliran sungai yang membelah Jakarta ini memiliki obsesi untuk menjadikan sungaisungai tersebut sebagai alat transportasi sehingga sungai bisa lebih memiliki nilai tambah secara ekonomis bagi masyarakat sekitar.

Namun dia mengakui bahwa hal ini baru sebatas mimpi yang tidak mudah untuk diwujudkan. ”Memang tidak mudah mengubah paradigma untuk menjadikan sungai sebagai halaman depan rumah.Namun menyelamatkan alam harus terus diperjuangkan, sekaligus memberi nilai kehidupan bagi masyarakat. Karena jika tidak ada palung lagi di sungai, peradaban akan hancur,” ujarnya.

Jika Bang Idin memulai karena dengan kegelisahannya melihat kondisi sungai yang tercemar, maka kesemrawutan sistem transportasi menjadi pemicu munculnya ide Toto Sugito untuk mendirikan komunitas bersepeda untuk bekerja (Bike to Work/B2W). Jakarta bahkan telah menjadi salah satu kota yang terpolusi di dunia.

Pilihan penduduk kota yang selalu menggunakan kendaraan bermotor untuk transportasi mendukung banyaknya polusi. Namun hadirnya B2W memberikan secercah harapan untuk mengurangi polusi. Toto mengampanyekan kegiatan bersepeda ke kantor telah dilakoni Toto sejak 2004 lalu.
Organisasi ini berkeinginan membangun kesadaran tentang manfaat ekonomi, kesehatan, dan lingkungan yang didapatkan dari bersepeda. Diharapkan masyarakat mulai menyadari bahwa bersepeda merupakan kegiatan yang mudah dilakukan dan menyehatkan.

B2W juga mendorong pemerintah untuk mendukung kegiatan ini dengan menciptakan jalur dan penitipan sepeda.Pemerintah juga diharapkan berpartisipasi dalam mendorong dan memotivasi untuk bersepeda dan memberikan akses bagi kegiatan bersepeda yang aman, terjangkau, dan praktis.

Kampanye B2W mulai terasa manfaatnya. B2W kini telah menjadi alternatif gaya hidup. Toto berhasil menjembatani isu publik seperti pencemaran dan masalah kesehatan dengan gaya hidup pribadi.

Bersama komunitasnya,Toto memberdayakan masyarakat dengan memotivasi mereka mengambil tindakan melawan pencemaran udara dan masalah energi dengan bentuk sederhana, yakni bersepeda. pasti liberti

No comments:

Post a Comment