Tidak harus memperoleh pendidikan tinggi untuk memberikan manfaat besar bagi masyarakat banyak.Hal inilah yang tecermin dari Masril Koto yang bahkan tidak lulus sekolah dasar (SD).
Sebagai orang kecil, Masril memahami dengan benar persoalan yang terjadi di akar rumput. Hal ini karena dia menyadari sendiri kehidupan riil yang penuh dengan keterbatasan, kemelaratan, dan serbasulit. Salah satu kesulitan yang dihadapinya adalah kesulitan mendapatkan modal dari lembaga keuangan.
Pengamalan ini juga dialami teman-teman sesama petani yang ada di sekitarnya. Namun rupanya pengalaman ini tidak membuat Masril putus asa. Bahkan pengalaman ini menginspirasinya untuk membentuk lembaga keuangan khusus petani di daerah asalnya, Sumatera Barat, dengan nama Lembaga Keuangan Mikro Agrobisnis (LKMA) Prima Tani.
”Kesulitan modal merupakan masalah riil yang kerap kami,para petani, rasakan di lapangan. Kala itu akses dari lembaga keuangan untuk peminjaman modal masih sangat sulit untuk didapat. Kondisi inilah yang memacu saya untuk bisa membentuk lembaga keuangan ini,”jelas Masril.
Proses panjang perjuangan Masril membentuk LKMA yang diresmikan pada 2007 ini telah dimulai sejak awal 2003. Kala itu Masril dan teman-temannya mulai mencari informasi pembentukan lembaga keuangan mikro ini.Mereka gencar mencari informasi tentang tata cara pembentukan dan prosedur-prosedur lain.
Masril bersyukur dalam pembentukan lembaga ini banyak dibantu sejumlah pihak. Di antaranya Yayasan Alumni Fakultas Pertanian Universitas Andalas (AFTA) yang mengenalkan mereka ke berbagai instansi terkait seperti lembaga perbankan dan dinas pertanian sehingga pada 2007 mereka dapat merealisasikan terbentuknya LKMA
.Lembaga ini didirikan dengan modal yang diperoleh melalui penjualan saham Rp100.000 per lembar kepada ratusan petani. Walaupun kini hasilnya sudah terlihat berkembang, bukan berarti perjuangan Masril tanpa hambatan. Berbagai cibiran pun pernah datang.
Namun semua itu tidak sia-sia.Kini,lebih dari 300 unit LKMA telah berdiri di antero Sumatera Barat atas dorongannya.” Pada awalnya banyak orang yang tidak percaya bisa membuat bank,” ujar Masril. Menurut Marsil, LKMA dibangun dengan konsep yang tidak jauh berbeda dengan lembaga keuangan mikro lain.
Lembaga ini dibentuk seperti koperasi yang modern dan tidak terikat dengan UU Koperasi pemerintah.” Kami sudah memakai standar akuntansi perbankan nasional, baik dalam pengelolaan dan kepemilikan saham atau hingga mengumpulkan modal,” kata anak pertama dari delapan bersaudara ini.
Lembaga ini mempunyai sejumlah produk seperti beberapa tabungan yang bervariasi. Misalnya tabungan pendidikan, tabungan ibu hamil, tabungan cicilan motor, tabungan persiapan pernikahan. Semua jenis tabungan disusun berdasarkan identifikasi masalah anggota.
Masril juga mengatakan bahwa aturan LKMA di tiap daerah bisa berbeda- beda. Aturan itu dibuat secara fleksibel dan disepakati anggotaanggota LKMA. Semuanya mengacu pada kearifan lokal. Salah satunya menggunakan jaminan dari dato (orang yang dituakan).
Bukan hanya memberikan pinjaman, kini LKMA yang telah beranggotakan 55.000 petani di seluruh Sumatera Barat ini juga kerap memberikan berbagai pelatihan kepada para anggota.Mulai dari pelatihan membangun motivasi, pelatihan pengelolaan hasil pertanian hingga pelatihan budi daya pertanian.
Dalam hal pelatihan budi daya pertanian, LKMA bermitra dengan Persatuan Petani Organik Sum-Bar (PPO). ”Untuk memajukan budi daya pertanian ke arah yang lebih sehat,saat ini LKMA mulai gencar melakukan pelatihan yang dibantu PPO.Namun, jangan salah,semua pelatihan ini bersifat gratis karena semua kawan kita di PPO ini adalah relawan,”ungkapnya.
Pelatihan yang dilakukan pun kini berbuah menjadi program Pengembangan Usaha Agrobisnis Perdesaan (PUAP) nasional. Kini, LKMA juga telah berhasil memberdayakan sekitar 10.000 lebih petani di Sumatera Barat. Berbagai inovasi lain juga telah dilakukan Masril untuk menyejahterakan para petani di daerahnya.
Saat ini Masril juga menyiapkan lembaga Lumbung Pangan Rakyat yang nantinya diharapkan dapat berfungsi seperti Bulog. Masril juga telah membuat program Gerakan Sejuta Buku untuk Petani.Menurutnya, ini adalah sebuah gerakan sosial yang dapat membantu para petani untuk bisa lebih maju dan berkembang lagi dalam hal pengetahuan.
Ternyata idenya ini mendapat respons baik. Banyak sekali yang menyumbangkan buku dan menghubungi Masril untuk menyalurkan buku ke para petani. Dedikasinya yang tinggi ini telah berhasil membuat Masril mendapat dua penghargaan sekaligus pada 2010 lalu, yaitu Danamon Award dari Bank Danamon dan Indonesia Berprestasi Award dari operator komunikasi XL Axiata.
Selain kerap tampil di berbagai acara social entrepreneur, Masril kini juga mulai menjadi pembicara di berbagai kampus di Indonesia seperti UI, Andalas. ”Saat ini kegiatan terbaru saya adalah menularkan virus-virus social entrepreneur di kampus-kampus,” ujarnya mengakhiri pembicaraan dengan SINDO. Cheerli
Sebagai orang kecil, Masril memahami dengan benar persoalan yang terjadi di akar rumput. Hal ini karena dia menyadari sendiri kehidupan riil yang penuh dengan keterbatasan, kemelaratan, dan serbasulit. Salah satu kesulitan yang dihadapinya adalah kesulitan mendapatkan modal dari lembaga keuangan.
Pengamalan ini juga dialami teman-teman sesama petani yang ada di sekitarnya. Namun rupanya pengalaman ini tidak membuat Masril putus asa. Bahkan pengalaman ini menginspirasinya untuk membentuk lembaga keuangan khusus petani di daerah asalnya, Sumatera Barat, dengan nama Lembaga Keuangan Mikro Agrobisnis (LKMA) Prima Tani.
”Kesulitan modal merupakan masalah riil yang kerap kami,para petani, rasakan di lapangan. Kala itu akses dari lembaga keuangan untuk peminjaman modal masih sangat sulit untuk didapat. Kondisi inilah yang memacu saya untuk bisa membentuk lembaga keuangan ini,”jelas Masril.
Proses panjang perjuangan Masril membentuk LKMA yang diresmikan pada 2007 ini telah dimulai sejak awal 2003. Kala itu Masril dan teman-temannya mulai mencari informasi pembentukan lembaga keuangan mikro ini.Mereka gencar mencari informasi tentang tata cara pembentukan dan prosedur-prosedur lain.
Masril bersyukur dalam pembentukan lembaga ini banyak dibantu sejumlah pihak. Di antaranya Yayasan Alumni Fakultas Pertanian Universitas Andalas (AFTA) yang mengenalkan mereka ke berbagai instansi terkait seperti lembaga perbankan dan dinas pertanian sehingga pada 2007 mereka dapat merealisasikan terbentuknya LKMA
.Lembaga ini didirikan dengan modal yang diperoleh melalui penjualan saham Rp100.000 per lembar kepada ratusan petani. Walaupun kini hasilnya sudah terlihat berkembang, bukan berarti perjuangan Masril tanpa hambatan. Berbagai cibiran pun pernah datang.
Namun semua itu tidak sia-sia.Kini,lebih dari 300 unit LKMA telah berdiri di antero Sumatera Barat atas dorongannya.” Pada awalnya banyak orang yang tidak percaya bisa membuat bank,” ujar Masril. Menurut Marsil, LKMA dibangun dengan konsep yang tidak jauh berbeda dengan lembaga keuangan mikro lain.
Lembaga ini dibentuk seperti koperasi yang modern dan tidak terikat dengan UU Koperasi pemerintah.” Kami sudah memakai standar akuntansi perbankan nasional, baik dalam pengelolaan dan kepemilikan saham atau hingga mengumpulkan modal,” kata anak pertama dari delapan bersaudara ini.
Lembaga ini mempunyai sejumlah produk seperti beberapa tabungan yang bervariasi. Misalnya tabungan pendidikan, tabungan ibu hamil, tabungan cicilan motor, tabungan persiapan pernikahan. Semua jenis tabungan disusun berdasarkan identifikasi masalah anggota.
Masril juga mengatakan bahwa aturan LKMA di tiap daerah bisa berbeda- beda. Aturan itu dibuat secara fleksibel dan disepakati anggotaanggota LKMA. Semuanya mengacu pada kearifan lokal. Salah satunya menggunakan jaminan dari dato (orang yang dituakan).
Bukan hanya memberikan pinjaman, kini LKMA yang telah beranggotakan 55.000 petani di seluruh Sumatera Barat ini juga kerap memberikan berbagai pelatihan kepada para anggota.Mulai dari pelatihan membangun motivasi, pelatihan pengelolaan hasil pertanian hingga pelatihan budi daya pertanian.
Dalam hal pelatihan budi daya pertanian, LKMA bermitra dengan Persatuan Petani Organik Sum-Bar (PPO). ”Untuk memajukan budi daya pertanian ke arah yang lebih sehat,saat ini LKMA mulai gencar melakukan pelatihan yang dibantu PPO.Namun, jangan salah,semua pelatihan ini bersifat gratis karena semua kawan kita di PPO ini adalah relawan,”ungkapnya.
Pelatihan yang dilakukan pun kini berbuah menjadi program Pengembangan Usaha Agrobisnis Perdesaan (PUAP) nasional. Kini, LKMA juga telah berhasil memberdayakan sekitar 10.000 lebih petani di Sumatera Barat. Berbagai inovasi lain juga telah dilakukan Masril untuk menyejahterakan para petani di daerahnya.
Saat ini Masril juga menyiapkan lembaga Lumbung Pangan Rakyat yang nantinya diharapkan dapat berfungsi seperti Bulog. Masril juga telah membuat program Gerakan Sejuta Buku untuk Petani.Menurutnya, ini adalah sebuah gerakan sosial yang dapat membantu para petani untuk bisa lebih maju dan berkembang lagi dalam hal pengetahuan.
Ternyata idenya ini mendapat respons baik. Banyak sekali yang menyumbangkan buku dan menghubungi Masril untuk menyalurkan buku ke para petani. Dedikasinya yang tinggi ini telah berhasil membuat Masril mendapat dua penghargaan sekaligus pada 2010 lalu, yaitu Danamon Award dari Bank Danamon dan Indonesia Berprestasi Award dari operator komunikasi XL Axiata.
Selain kerap tampil di berbagai acara social entrepreneur, Masril kini juga mulai menjadi pembicara di berbagai kampus di Indonesia seperti UI, Andalas. ”Saat ini kegiatan terbaru saya adalah menularkan virus-virus social entrepreneur di kampus-kampus,” ujarnya mengakhiri pembicaraan dengan SINDO. Cheerli